Senin, 16 November 2015

PERJALANAN KE IJEN, “IJENAN” : BLUE FIRE

Catatan Perjalanan Solo Backpacker Ke Banyuwangi Part. 1

Ini adalah catatan perjalan waktu berkunjung ke Banyuwangi kemarin, sendirian. Tanggal 16-18 September 2015. Aku berangkat dari Malang dengan naik bus pagi, tanpa tahu arah naik apa dan turun dimana, pokok nekat berangkat.

Kenapa naik bus? Pertama, karena aku sendirian, aku ngejar sampe Banyuwangi sore, agar nantinya bisa langsung naik ke ijen, biar gak malem-malem. Kedua, jika naik kereta sore Malang-Banyuwangi, sampe sana jam 23.00, itu akan sangat berbahaya kalau muncak sendirian.

Rute Bus yang aku lalui, Ngecer, Malang-Probolinggo-Jember-Banyuwangi. Kenapa gak langsung naik bus Malang-Banyuwangi? Pertama, aku orangnya mabukan, perjalanan kesana membutuhkan waktu sekitar 8-9 jam, akan sangat membosankan kalau Cuma di Bus. Kedua, Banyak yang bilang, orang yang naik bus langsung Malang-Banyuwangi akan diturunkan ditengah jalan, disuruh oper ganti bus. Gak enak banget kan kalau kita tengah tidur, mangap, ngiler trus disuruh ganti bus hehe.
.
Pertama, Bus Malang-Probolinggo. Carilah bus Jurusan Jember/Banyuwangi. Minta turun di Terminal Probolinggo. Tiket Bus 18 Ribu. Aku berangkat dari Malang jam 07.30 sampe Probolinggo jam 09.40. Nah, disini aku mabuk. Aku turun di terminal sebentar kemudian tidur di Mushola.

Dari terminal Probolinggo ini sebenernya ada 2 jalur untuk menuju Banyuwangi. Pertama, jalur utara via Situbondo melewati Paiton, nanti di Banyuwangi turunnya di Terminal Sri Tanjung, deket dengan Baluran. Kedua, Jalur selatan via Jember, turunnya di Terminal Brawijaya (Karangente), terminal ini dekat dengan Stasiun Karangasem dan juga Ijen. Aku pilih yang lewat Jember.

Setelah istirahat sebentar dan minum Antimo, aku berangkat naik bus jurusan Jember jam 11.00. Tiket bus 20 ribu.
Di tengah perjalanan, pas lagi enak-enaknya tidur, mangap ngiler, eh tiba-tiba dibangunin disuruh pindah bus. Kurang ajar banget tuh orang, gak tau aku ini lagi puyeng mabuk nahan isi perut yang mau keluar. Karena orang-orang pada pindah, aku juga ikut. Eh ternyata ada juga ibu-ibu yang marah-marah, protes gara-gara disuruh oper bus. Bagus bu, omelin terus tu si empunya bus, biar kapok. Aku sampe terminal Jember jam 14.00.

Oh iya, tips biar cepat naik bus. Ketika sampe di terminal. Kamu langsung turun aja dan pergi ke depan, buat nyari bus yang akan segera berangkat. Itu akan mempercepat langkahmu, karena biasanya, bus akan ngetem terlebih dahulu untuk menunggu penumpangnya penuh. Kebetulan di depan ada bus Jurusan Banyuwangi yang akan segera berangkat. Aku naik bus itu.

Menurut informasi dari kernet bus. Perjalanan Jember-Banyuwangi membutuhkan waktu sekitar 4 jam-an, itu kalau tidak macet. Kalau sekarang jam 14.00,  kemungkinan tiba di Banyuwangi jam 18.00. Waduh, ternyata perhitungan waktuku salah. Bisa gawat ini kalau sampe di Banyuwangi malem-malem. Dan ternyata bener, aku baru nyampe di terminal Karangente jam 18.30. Oh iya, tiket Bus jurusan Jember-Banyuwangi 35 ribu.

Karena aku belum pernah ke Banyuwangi dan tak tahu harus kemana plus HP jadulku tidak memadai buat GPS, akhirnya aku menelpon orang yang menyewakan motor yang sudah aku reservasi kemarin. Tapi kena Charge 15 ribu. Lumayanlah, daripada gak tahu harus kemana.

Oh iya, biar kalian enak kemana-mana, di Banyuwangi kalian bisa sewa motor. Tarif sewa motor 75ribu/24 jam. Ada banyak tempat penyewaan motor di Banyuwangi. Kalau aku kemarin nyewa motor di “Banyuwangi Adventura”. Dengan jaminan uang 300 ribu dan ninggal 2 identitas, kita bisa bebas keliling Banyuwangi (tentunya dengan bensin sendiri ya). Uang jaminan beserta identitas akan dikembalikan setelah kita selesai mengembalikan motornya. Kalau kalian mau nyewa, kalian bisa lihat webnya di www.Banyuwangiadventura.com. Atau di CP 081332177779

Kembali ke perjalanan. Setelah dijemput di Indomaret depan terminal. Aku diajak sama Mas Helmy (orang yang punya Banyuwangi Adventura)  ke rumahnya, buat nentuin motor mana yang mau dipake, kebetulan hari kamis jadi gak terlalu banyak yang nyewa. Aku dapat motor tipe matic dengan merk X-Ride, sangat tangguh buat perjalanan ekstrem.

Selesai mengurusi administrasi, aku segera tancap gas menuju ke Ijen jam 19.00. Orang-orang gak percaya kalau aku bakalan naik ke Ijen, sendirian. Aku lebih gak percaya lagi, kalau aku harus naik ke Ijen, sendirian, tanpa peta dan tanpa tahu arah.

Menurut info yang aku dapat, akses menuju ke ijen berbahaya, rawan begal, apalagi malem-malem dan sendirian. Batinku, Pokok Bismillah, yakin, nekat, udah kadung ada disini. Kalaupun ada begal, siap gelut, siap mati (Rodo mengandung bodoh dan lebay, wes tau gak iso gelut blas hehe..).

Dan ternyata bener, akses jalan menuju ke ijen sepi. Gak ada satu kendaraanpun yang menuju kesana. Aku baru tau kemudian kalau jeep-jeep yang biasa naik ke ijen ngantar turis, baru akan naik sekitar jam 1 malem. Hemm..matek koen.

Dengan berpatokan pada plang jalan yang menunjukkan arah ke kawah Ijen, aku tancap gas mempercepat laju motor. Awal perjalanan, masih banyak kendaraan, rada ke tengah, perumahan mulai berkurang, cuma ada guest house. Setelah di guest house terakhir masuklah ke dalam perkebunan (aku lupa namanya). Disinilah perjalanan sesungguhnya baru akan dimulai.

Dari perkebunan ini, kalian akan melewati hutan-hutan. Sungguh, aku tidak merekomendasikan kalian naik ke Ijen ini sendirian, kecuali kalian pernah kesini atau kalian memang nekat dan frustasi macam saya. Atau ada teman satu aja itu sudah cukup daripada sendirian.

Sepanjang perjalanan yang ada cuma pepohonan, kadang ada satu dua bangunan tapi itu cuma bangunan kosong. Makin ke dalam, hutan semakin lebat. Semakin naik, suhu udara semakin turun. Mau berhenti pasang sarung tanganpun aku tak berani, praktis tanganku kram menahan hawa dingin yang semakin menusuk.

Aku pernah baca kalau ke ijen, nanti di tengah perjalanan kita akan bertemu dengan tanjakan yang tinggi dan jurang yang sangat dalam, disitulah tempat rawannya. Aku tidak tahu dan tak mau tahu, aku cuma pasrah kepada kepada Tuhan mengenai keadaanku saat ini. Kalau ada yang bilang naik gunung itu bisa menjadi perjalanan spiritual, bagiku itu benar-benar terjadi sekarang. Aku pasrah.
Entah sudah berapa lama aku berjalan sendirian di kegelapan malam, tiba-tiba di ujung jalan aku melihat sayup-sayup ada lampu penerangan, di kiri jalan ada bangunan yang sepertinya warung minuman, tapi sudah tutup, dan di depannya ada plang tulisan “Anda memasuki kawasan taman wisata alam, Kawah Ijen”. Inilah PALTUDING.
DSC00818.JPG
Gambar 1. Plang Masuk Kawasan Kawah Ijen

Alhamdulillah, aku sampai dengan selamat di tempat ini. Pos pintu masuk naik ke puncak Ijen.
Jam menunjukkan pukul 9 malam. Di kawasan ini aku tak melihat ada satu orang pun disana. Aku masuk ke dalam barangkali ada warung yang masih buka. Di kejauhan aku melihat ada orang yang mengarahkan senter padaku, sepertinya memanggilku.

Aku datang ke tempat bapak itu, ternyata itu sebuah warung. Kata beliau, pintu masuk baru akan dibuka jam 1 dini hari nanti, aku disuruh istirahat terlebih dahulu. Bisa lesehan di bangku warung ini atau tidur di Musholla atas sana.

Karena seharian aku belum makan, aku terlebih dahulu makan bekal Nasi Tempong, yang aku beli di tengah perjalanan ketika mau berangkat naik tadi.
Oh iya, sebelum berangkat mampirlah terlebih dahulu ke Indomaret, buat beli perbekalan dan juga beli masker, karena bau belerang di kawah ijen ini sangat pekat.
Kalau kalian pernah ke Bromo dan naik ke atas buat melihat kawah belerangnya, mungkin kalian akan cepat beradaptasi dengan bau belerang di kawah ijen ini. Tapi jika kalian belum pernah nyium bau belerang sebelumnya, disarankan buat menyewa alat bantu pernafasan yang disewakan guide disana, karena jika kalian tidak kuat dengan bau belerang, ditakutkan kalian akan pingsan. Atau pake cara termurah, dengan menggunakan kain yang telah dibasahi dengan air, lalu digunakan sebagai masker (tips ini diperoleh dari bapak penambang disana).

Setelah selesai makan, aku siap-siap nyari tempat tidur buat istirahat, tapi sebelum itu, si bapak tadi menawarkan jasanya buat nganter aku untuk muncak nanti, katanya jalan kesana berbahaya. Uwalah, tibake bapake ini guide juga tho.
Aku menolaknya dengan halus, si bapak tanya, apa aku pernah pergi ke atas? Aku jawab belum, tapi aku sudah baca artikel tentang perjalanan kesana, InsyaAllah aku bisa.

Aku pergi ke Musholla buat nyari tempat tidur, rupanya disana sudah ada orang yang tidur dengan sleeping bag nya. Alamak, aku baru sadar aku gak bawa apa-apa. Cuma beberapa lembar koran Surya yang aku beli di terminal tadi pagi dan sepotong sarung.

Aku menggelar koran buat aku jadikan alas di musholla yang berlantai keramik ini, waktu aku sedang mempersiapkan tempat tidurku, rupanya orang di sleeping bag itu terbangun, dan ternyata bukan cuma satu orang, tapi dua. Dan yang bikin aku kaget, ternayata itu cewek cowok, tidur dalam satu sleeping bag sambil “Kelonan”. Duh enake, tapi sayang gak ngerti tempat sama sekali. Ini Musholla woy...bukan tenda.
DSC00815.JPG
Gambar 2. Musholla tempat aku nginep

Satu tips lagi kalau mau nginep di Paltuding, pastikan kalian bawa Sleeping bag, karena udara malam disana sangat dingin. Aku yang Cuma beralaskan koran dan berselimut sarung, hampir pingsan kedinginan waktu menjelang dini hari. Tubuhku menggigil kedinginan dan hampir gak bisa gerak, aku segera bangun dan pergi ke warung buat memesan minuman panas dan pergi ke depan tungkunya buat “mencairkan” tubuh yang hampir hipotermia.
DSC00720.JPG
Gambar 3. Numpang menghangatkan badan di tungku warung kopi

Aku bangun jam 1 dini hari dimana orang-orang sudah mulai berdatangan. Aku memesan segelas susu jahe hangat dan 2 gelas lagi buat aku masukkan ke dalam botol minumanku, buat bekal di atas nanti.

Setelah tubuh mulai bisa beradaptasi dengan kondisi suhu disana, aku mulai bersiap-siap buat naik ke puncak. Tapi sebelum itu, kita harus beli tiket masuk terlebih dahulu.
DSC00812.JPG
Gambar 4. Pos Tiket Masuk (foto diambil pagi hari)

Fyi, tiket masuk kawah ijen ini untuk WNI sebesar 10 ribu rupiah, tapi buat turis sepertinya 100 ribu rupiah.
Tips buat solo backpacker buat naik ke puncak tanpa pake guide. Kalian ikuti saja rombongan turis yang akan naik ke atas, disitu pasti ada guide nya, tapi jangan terlalu deket, cuma ngekor aja. Oh ya, jangan lupa kalau mau kesana bawa senter ya, karena disana tidak ada lampu penerangannya (yaiyalah, namanya juga gunung).

Perjalanan ke Puncak berjarak 3 km, dengan waktu perjalanan berkisar antara 2-3 jam, tergantung gaya berjalan kita. Medan yang akan kita tempuh awalnya datar, kemudian mulai menanjak, semakin ke tengah jalan akan semakin menanjak. Jangan paksakan kalau tubuh kita tidak kuat, isitirahatlah.
Kalau kalian sudah sampe di Pos Bunder, maka perjalanan tinggal separuh lagi. Setelah ini jalannya akan lebih datar tapi dengan rute jalan yang pinggirnya adalah jurang.
DSC00806.JPG
Gambar 5. Pos Bunder (Foto diambil pagi hari)

Setelah kalian menemukan plang bertuliskan “awas gas beracun”, berarti kalian sudah sampai di puncak ijen. Tinggal kalian turun ke kawah buat melihat fenomena “Blue Fire” nya. Ingat, jalan menuju kawah ijen ini sangat terjal, untuk itu kalian perlu berhati-hati agar tidak terjatuh waktu akan turun.
DSC00785.JPG
Gambar 6. Setelah sampe di tanda ini, tinggal turun (foto diambil pagi hari)
DSC00772.JPG
Gambar 7. Jalan yang terjal (Foto diambil pagi hari)

Oh iya, waktu kalian turun, kalian akan berpapasan dengan bapak pengangkut belerang. Kasih bapak itu jalan terlebih dahulu, karena beban yang bapak pikul itu sangat berat, sekitar 75 kg per angkutan. Bayangkan..
DSC00774.JPG
Gambar 8. Bapak pengangkut belerang.

Setelah sampai di bawah, kalian akan segera menemukan kumpulan asap dan cahaya berwarna biru. Itulah si Api biru atau “Blue Fire”. Kalian bisa turun lebih ke bawah buat melihat proses penyulingan belerang, tentunya kalau kalian pake alat bantu pernafasan dan tahan dengan bau belerang yang pekat. Tapi jika kalian tidak kuat, kalian tetap bisa menikmatinya, tapi dari kejauhan.
DSC00755.JPG
Gambar 9. Blue Fire
DSC00761.JPG
Gambar 10. Blue Fire dari kejauhan

Tips lagi. Jika kalian ingin menyaksikan fenomena “Blue Fire” ini, datanglah lebih awal, karena sekitar jam setengah 5 subuh, kondisi sekitar sudah mulai agak terang dan “blue fire” akan mulai tidak kelihatan. Juga, lihat arah angin, pastikan kalian menghindari arah asap. Kalau asap belerang menuju ke kalian, tutup mata dan jangan bernafas. Itu cukup membantu kita agar terhindar dari sesak nafas dan mata perih (bule-bulepun melakukan itu).
DSC00748.JPG
Gambar 11. Cuma aku aja yang pake masker kain

Oh ya, di bawah sana kalian juga bisa menyaksikan penambang belerang yang sedang mengumpulkan belerang untuk diangkut ke atas. Biasanya mereka ada juga yang menjualnya sebagai souvenir. Belilah barang satu buah. Hitung-hitung bantu bapaknya. Satu potong belerang dihargai 5ribu rupiah saja.
DSC00809.JPG
Gambar 12. Kerajinan dari belerang (foto diambil di pos bunder)

Karena asap belerang sudah mulai banyak, kami semua dianjurkan untuk segera naik oleh bapak-bapak penambang, karena mereka bilang kondisi itu cukup membahayakan buat kita. Kami semua pun segera pergi ke atas.
Di atas kita bisa menyaksikan matahari terbit, dan menikmati pemandangan gunung yang sangat menakjubkan, kalau kalian mau, kalian bisa ber SKSD dengan bule yang ada disana, hitung-hitung ngetes kemampuan bahasa inggris kita secara gratis hehe.
DSC00781.JPG
Gambar 13. Puncak Ijen yang landai
DSC00797.JPG
Gambar 14. Sayang sekali kawah ijennya masih ketutupan kabut.

Setelah puas menikmati samudera diatas awan dan matahari mulai naik, aku segera turun. Perjalanan turun jauh lebih cepat daripada naiknya. Tapi tetap hati-hati, karena jalannya yang berkerikil menjadikan jalan turunnya agak licin. Banyak orang-orang yang terpeleset jatuh, termasuk saya, ketika melewati medan jalan ini.

Setelah mampir ke Toilet buat membuang sesuatu yang ditahan sejak tadi (karena di puncak ijen tidak ada toilet), aku segera siap-siap berangkat untuk melanjutkan ke tujuanku berikutnya, Taman Nasional Baluran.
DSC00816.JPG
Gambar 15. Narsis dulu sebelum pulang

Tapi sebelumnya aku diperingatkan oleh si penjaga toilet agar tidak pulang sendirian, karena jalannya cukup rawan. Dari itu aku jadi tidak berani pulang sendirian. Aku menunggu kendaraan yang juga akan turun ke bawah. Praktis, perjalanan ke bawah rada memakan waktu lumayan lama.
Dan ternyata bener, baru aku sadar, jalan yang aku lewati tadi malam ketika berangkat kesini itu cukup menyeramkan. Kanan kiri hutan yang lebat. Wadah..untung gak terjadi apa-apa.
 (bersambung ke Banyuwangi Part 2 : Taman Nasional Baluran, Savana Bekol, Pantai Bama)
Ini rincian pengeluaranku di hari pertama :
-Sarapan 10.000
-Angkot ke Arjosari 4.000
-Bus Malang-Probolinggo 18.000
-Bus Probolinggo-Jember 20.000
-Bus Jember-Banyuwangi 35.000
-Sewa motor 75.000
-Charge dijemput 15.000
-ke Indomaret 15.000
-Bensin 24.000
-nasi tempong 8.000
-minuman hangat 21.000
-tiket masuk ijen 10.000
TOTAL  : 262.000

Tidak ada komentar:

Posting Komentar