Ulang
tahun. Semua orang punya hari ulang tahun. Setiap tahun, setiap orang pasti
“merayakan” ulang tahun. Meskipun tak secara meriah, walau hanya diingat saja,
itu sudah cukup sebagai perayaan ulang tahun. Tapi tidak dengan aku. Kenapa? Karena
aku gak punya hari ulang tahun. Loh koq bisa?
Kedua
orang tuaku memang bisa dibilang tak pernah mengenyam pendidikan, dulu, hanya
ayahku yang mengenyam dunia pendidikan, itupun dari pondok pesantren, sehingga
dalam tulis menulis mereka kurang begitu menguasai. Apalagi ibu, membaca pun
beliau hampir tidak bisa. Itu aku tau ketika adekku yang kecil minta dibawakan
bukunya yang ketinggalan. Bukan buku satu yang dibawa. Tapi semua. Karena katanya,
ibu tak bisa membaca.
Karena
latar belakang orang tuaku yang seperti itulah sehingga hari lahirku tak pernah
ada yang mencatat. Apalagi di ingat. Zaman dulu, orang tuaku hanya mengingat
siapa yang lahir “hampir” bersamaan dengan aku. Istilahnya sebaya. Jadi
misalnya, ada anak yang lahir di bulan rajab, kemudian bulan berikutnya aku
lahir, maka anak itulah yang jadi patokan. Artinya aku sebaya dengan anak itu,
tapi tak pernah dicatat tanggal lahir apalagi tahunnya. Sehingga sampai
sekarang aku tak pernah tau tanggal lahirku.
Tiap
aku tanya pada bapak atau ibu, pasti Cuma dibilang, “oh, kamu itu sebaya dengan
“ini”, jadi tanya sama ibunya dia aja”. Nah, masalahnya, anak yang jadi patokan
itu sudah meninggal dan ibunya sudah tak ingat lagi kapan anaknya lahir. Wes,
tambah gak jelas.
Nasib
seperti ini tak hanya dialami oleh aku saja. Bahkan adekku yang pertama juga
begitu. Karena hari lahir adekku berjarak hanya beberapa tahun denganku,
nasibnya pun sama. Tak pernah tau tanggal lahirnya. Hingga sekarang. Trus bagaimana
dengan tanggal lahir di Ijazah maupun di KTP?. Itu ceritanya begini.
Suatu
hari, ketika mau lulusan SD. Guruku meminta aku untuk mengumpulkan akte
kelahiran. Karena aku tak punya tanggal lahir, jelas aku tak punya akte
kelahiran. Karena bertanya kepada bapak ibu pun percuma, jadi aku lihat saja di
kartu keluarga. Aku buka kartu keluarga, ternyata ada tanggalnya. Pas aku tanya
pada bapak, katanya tanggal itupun juga ngawur. Dulu pas bapak ditanyai petugas
pencatat tentang tanggal lahirku. Beliau jawabnya tak tau, maka petugas
pencatat itupun membuat tanggal lahir secara acak. Jadilah 17 Juni 1989 adalah hari
lahirku. Jadi, tanggal lahirku adalah hasil kongkalikong antara bapak dan
petugas pencatat sensus.
Jadi
intinya, bagi kalian yang punya hari ulang tahun. Bersyukurlah. Meskipun tak
ada yang merayakan ataupun ngasih ucapan selamat. Kalian beruntung, masih bisa
tau hari lahir kalian. Andaikan ada mesin waktu di doraemon. Kalian bisa menuju
ke tanggal itu, persis ketika kalian lahir. So, happy birthday untuk yang punya
hari lahir.
Roni Cool.
08 Maret 2014
Roni Cool.
08 Maret 2014
Tidak ada komentar:
Posting Komentar