Selasa, 04 Maret 2014

PEMIMPIN ITU MENELADANI BUKAN (hanya) MEMERINTAH

Kemarin lalu ketika aku sedang shift kerja di McD Kayutangan dan berbarengan dengan itu, ada meeting karyawan bagian Delivery, bagianku. Aku mengalami satu kejadian yang membuatku sangat respect terhadap tindakan yang dilakukan oleh salah satu manajerku. Pak Erik.

Dalam tulisan ini, aku tidak sedang membanding-banding kan satu manajer dengan manajer yang lain di tempat kerjaku. Apalagi melebih-lebihkannya. Aku hanya mengisahkan apa yang selama ini aku lihat dan aku alami dari sudut pandangku.

Pak erik adalah salah satu manajer dari sekian banyak manajer yang ada di McDonald’s Kayutangan Malang. Perlu diketahui, di McD yang menjalankan restoran cepat saji selama 24 jam penuh, kepemimpinan karyawan tidak hanya dipegang oleh satu manajer saja, tetapi ada sekitar 7 manajer dengan satu kepala manajer.

Dari sekian banyak manajer, ada banyak macam karakter yang dimiliki oleh masing-masing orang. Ada yang tegas, ada yang friendly, ada yang youngly dan ada yang low profile. Nah, pak erik inilah salah satu manajer yang berjiwa low profile.

Ini terbukti dengan pembawaannya yang kalem dan terkesan “santun”. Sering aku melihat beliau melakukan pekerjaan yang seharusnya itu adalah tugas karyawannya. Dan bisa saja ia sebagai manajer, menyuruh anak buahnya untuk melakukan pekerjaan itu.
Tetapi tidak, tiap aku satu shif dengan beliau, kadang aku melihat ia melakukan “pekerjaan karyawan” itu sendiri. Membersihkan sampah, menyapu, mengepel lantai bahkan membersihkan WC pun pernah ia lakukan. Hal yang menurut sebagian atasan tak perlu dilakukan karena beranggapan sudah berdasi dan punya anak buah.

Pernah suatu hari ketika aku sedang satu shif dengan beliau, tak sengaja aku melihat pak erik sedang mengepel lantai. Aku pun segera menghindar dari situ. Bukan karena apa. Tapi karena sungkan melihat ia melakukan pekerjaan itu. Kenapa tidak menyuruh aku yang notabene bawahannya. Kalaupun aku minta agar aku saja yang melakukan itu, pasti beliau menolak, dengan alasan sudah mau selesai. Hmm bikin aku tambah sungkan saja.

Sama dengan kejadian yang aku alami kemarin. Waktu itu, kondisi restoran sedang lumayan sepi dan tak ada pesanan yang harus segera aku antar, maka aku pun ikut dalam meeting kali ini.
Saat meeting sedang berlangsung, aku pamit sebentar untuk menaruh sesuatu di lantai atas. Saat itulah tak sengaja aku melihat pak erik sedang mencuci pel di janitor lantai bawah. Ah, dia mau melakukannya lagi, pikirku.
Penasaran, aku hampiri dia.
“ Kenapa pak?” tanyaku.
“ oh ini, lantainya agak kotor, jadi mau tak bersihkan” jawabnya sambil terus mencuci kain pel.
“ Sini pak, biar aku saja yang melakukannya” Sungkan aku kalau itu dibiarkan terus.
“ ah gak usah, kamu kan lagi meeting” katanya menolak sambil terus mencuci kain pel.
“ gak apa-apa koq pak, sini, mana yang mau dibersihkan” kataku sedikit memaksa sambil mengambil pel itu.
“ ya udah, itu loh, lantai lobinya kayak kotor, perlu di mop lagi” katanya seraya menunjuk lantai lobi.
“ Hemm, Ok, tak bersihkan” kataku.
“ Terimakasih ya, mop WC nya mana. Kayaknya WC nya juga kotor, mau tak bersihkan dulu” katanya. Sambil pergi ke WC dengan membawa pel. Haduuh, tetep saja. Kenapa gak menyuruh aku saja, sekalian gitu.
Kalau yang lain, pasti sudah “diperintah” sejak tadi, misalnya,
“Sakroni, toilet cowok dan cewek kotor, bersihkan sekarang , nanti tak liat lagi sudah bersih apa enggak”
Atau,
Atau yang lebih halus,
“Sakroni, minta tolong ya, toiletnya dicek”

Begitulah, ada banyak macam karakter manajer di McD Kayutangan. Tapi itulah salah satu sifat yang dimiliki oleh pak Erik. Ketika ada beberapa atasan yang menunjukkan kepemimpinan dengan cara memerintah, pak Erik menunjukkan kepemimpinannya dengan cara meneladani. Tidak menyuruh karyawannya dulu sebelum ia sendiri yang melakukan. Hal yang sebenarnya memberikan contoh serta “menggelitik” anak buahnya untuk melakukan pekerjaan , yang seharusnya memang tugasnya.

Salam Respect Pak,
Roni Cool
27 Februari 2014

Tidak ada komentar:

Posting Komentar