Kemarin lalu
ketika aku sedang shift kerja di McD Kayutangan dan berbarengan dengan
itu, ada meeting karyawan bagian Delivery, bagianku. Aku mengalami satu
kejadian yang membuatku sangat respect terhadap tindakan yang dilakukan
oleh salah satu manajerku. Pak Erik.
Dalam tulisan ini, aku
tidak sedang membanding-banding kan satu manajer dengan manajer yang
lain di tempat kerjaku. Apalagi melebih-lebihkannya. Aku hanya
mengisahkan apa yang selama ini aku lihat dan aku alami dari sudut
pandangku.
Pak erik adalah salah satu manajer dari sekian
banyak manajer yang ada di McDonald’s Kayutangan Malang. Perlu
diketahui, di McD yang menjalankan restoran cepat saji selama 24 jam
penuh, kepemimpinan karyawan tidak hanya dipegang oleh satu manajer
saja, tetapi ada sekitar 7 manajer dengan satu kepala manajer.
Dari sekian banyak manajer, ada banyak macam karakter yang dimiliki
oleh masing-masing orang. Ada yang tegas, ada yang friendly, ada yang
youngly dan ada yang low profile. Nah, pak erik inilah salah satu
manajer yang berjiwa low profile.
Ini terbukti dengan
pembawaannya yang kalem dan terkesan “santun”. Sering aku melihat beliau
melakukan pekerjaan yang seharusnya itu adalah tugas karyawannya. Dan
bisa saja ia sebagai manajer, menyuruh anak buahnya untuk melakukan
pekerjaan itu.
Tetapi tidak, tiap aku satu shif dengan beliau,
kadang aku melihat ia melakukan “pekerjaan karyawan” itu sendiri.
Membersihkan sampah, menyapu, mengepel lantai bahkan membersihkan WC pun
pernah ia lakukan. Hal yang menurut sebagian atasan tak perlu dilakukan
karena beranggapan sudah berdasi dan punya anak buah.
Pernah
suatu hari ketika aku sedang satu shif dengan beliau, tak sengaja aku
melihat pak erik sedang mengepel lantai. Aku pun segera menghindar dari
situ. Bukan karena apa. Tapi karena sungkan melihat ia melakukan
pekerjaan itu. Kenapa tidak menyuruh aku yang notabene bawahannya.
Kalaupun aku minta agar aku saja yang melakukan itu, pasti beliau
menolak, dengan alasan sudah mau selesai. Hmm bikin aku tambah sungkan
saja.
Sama dengan kejadian yang aku alami kemarin. Waktu itu,
kondisi restoran sedang lumayan sepi dan tak ada pesanan yang harus
segera aku antar, maka aku pun ikut dalam meeting kali ini.
Saat
meeting sedang berlangsung, aku pamit sebentar untuk menaruh sesuatu di
lantai atas. Saat itulah tak sengaja aku melihat pak erik sedang mencuci
pel di janitor lantai bawah. Ah, dia mau melakukannya lagi, pikirku.
Penasaran, aku hampiri dia.
“ Kenapa pak?” tanyaku.
“ oh ini, lantainya agak kotor, jadi mau tak bersihkan” jawabnya sambil terus mencuci kain pel.
“ Sini pak, biar aku saja yang melakukannya” Sungkan aku kalau itu dibiarkan terus.
“ ah gak usah, kamu kan lagi meeting” katanya menolak sambil terus mencuci kain pel.
“ gak apa-apa koq pak, sini, mana yang mau dibersihkan” kataku sedikit memaksa sambil mengambil pel itu.
“ ya udah, itu loh, lantai lobinya kayak kotor, perlu di mop lagi” katanya seraya menunjuk lantai lobi.
“ Hemm, Ok, tak bersihkan” kataku.
“ Terimakasih ya, mop WC nya mana. Kayaknya WC nya juga kotor, mau tak
bersihkan dulu” katanya. Sambil pergi ke WC dengan membawa pel. Haduuh,
tetep saja. Kenapa gak menyuruh aku saja, sekalian gitu.
Kalau yang lain, pasti sudah “diperintah” sejak tadi, misalnya,
“Sakroni, toilet cowok dan cewek kotor, bersihkan sekarang , nanti tak liat lagi sudah bersih apa enggak”
Atau,
Atau yang lebih halus,
“Sakroni, minta tolong ya, toiletnya dicek”
Begitulah, ada banyak macam karakter manajer di McD Kayutangan. Tapi
itulah salah satu sifat yang dimiliki oleh pak Erik. Ketika ada beberapa
atasan yang menunjukkan kepemimpinan dengan cara memerintah, pak Erik
menunjukkan kepemimpinannya dengan cara meneladani. Tidak menyuruh
karyawannya dulu sebelum ia sendiri yang melakukan. Hal yang sebenarnya
memberikan contoh serta “menggelitik” anak buahnya untuk melakukan
pekerjaan , yang seharusnya memang tugasnya.
Salam Respect Pak,
Roni Cool
27 Februari 2014
Tidak ada komentar:
Posting Komentar