Pagi ini, alarm HP ku
berbunyi, ada sebuah pesan disana, sebuah pesan singkat yang menandakan sebuah
perayaan. Tertulis singkat, namun penuh akan makna dan arti sebuah kenangan. Yana’s
Birthday.
Memoriku
kembali teringat pada kisah beberapa tahun yang lalu. Sebuah kisah yang yang
mempertemukan aku denganmu. Kamu mungkin akan kaget, kenapa aku masih peduli
padamu. Bagiku, entahlah. Aku hanya menuruti sebuah janji, yang kau minta
padaku. Janji untuk selalu ingat hari lahir masing-masing, Janji untuk selalu
ingat, meskipun nanti kita tak bersama lagi. Janji yang kita ucapkan waktu kita
jalan pertama kali. Janji jari kelingking.
Kamu
ingat enggak, waktu dulu aku ulang tahun. Kamu telpon aku dan memaksa aku untuk
ke rumahmu. Aneh, pikirku. Kamu bukanlah orang yang suka ada anak laki-laki
yang pergi ke rumahmu. Aku pun mengerti tentang itu, hingga aku jarang ke
rumahmu. Tapi kali ini, kamu sendiri yang meminta aku segera ke rumahmu. Ada apa,
kamu kangen aku?. Aah, mana mungkin. Bahkan untuk bilang sayang pun, kamu gak
mudah. Bagimu, sayang dan rindu tak perlu diucapkan dengan kata-kata, cukup
hati yang merasa.
Saat
kerumahmu, kamu menyambutku seperti biasa. Tak ada jabat tangan, hanya salam
dan sebulir senyum manis terukir di wajahmu. Seperti biasa, akulah yang harus
mulai berbasi-basi membahas bagaimana kuliahku, banyaknya tugas dan cerita
beberapa temanku, kau hanya menimpali dengan senyum dan tawa khas darimu.
Hingga,
kamupun pamit ke dalam, aku pikir kamu mau membuatkan aku teh lagi. Tapi tidak,
kamu keluar dengan membawa sebuah bungkusan kotak berukuran sedang. Sebuah kotak
yang terbungkus plastik warna merah. Dan tanpa banyak kata kamupun membuka
bungkusan itu. Dan, Ya Tuhan...sebuah kue ulang tahun. Surprise, kamu sukses
membuat aku tak bisa berkata apa-apa.
Dengan
cekatan kamu menyalakan lilin ulang tahun itu. Aku masih diam. Kamu menyanyikan
lagu ulang tahun layaknya ini pesta, dan aku hanya mampu terpaku, hanya mampu
tersenyum padamu dengan kejutan itu. Saat aku selesai meniup lilinnya, kamu
memotongkan satu potongan kecil buatku dan satu lagi surprise darimu, kamu
menyuapi aku dengan kue itu. Aduuh, bagaimana kalau orang tuamu melihat,
sungkan aku nantinya. Dan tak cukup dengan itu, terakhir saat aku mau pamit
pulang, kamu memberikan aku sebuah bungkusan kecil yang terbungkus kertas kado.
Aah kamu itu, kamu sudah memberikan aku lebih, kenapa masih memberikan aku
kado.
Sampai
dirumah, aku buka kado itu, ada sesuatu barang dan sepucuk surat di dalamnya. Aku
baca surat itu,
“ Kepada orang yang aku
sayangi, selamat ulang tahun. Semoga Tuhan selalu menjagamu dan meridhoi setiap
langkahmu. Maafkan, aku hanya bisa ngasih ini, jaga baik-baik, yah.
Dari orang yang kamu sayangi”
Dari orang yang kamu sayangi”
Aah, kamu itu. Selalu
aja rendah hati. Semua itu sudah lebih dari cukup. Aku tak berharap kamu akan
memberikan sesuatu padaku. Bagiku, kamu sendiri adalah kado terindah dalam
hidupku. Apakah kamu tau, bahwa inilah pertama kalinya aku meniup kue ulang
tahun, apa kamu juga tau, kalau kado itu adalah kado ulang tahun pertamaku. Kamu itu, selalu saja penuh
kejutan.
Kini, saat aku tidak
bisa mengucapkan selamat ulang tahun dan memberikan kado padamu, aku hanya bisa
berdoa, semoga kamu disana selalu baik-baik saja dan Tuhan selalu menjagamu dan
menyertai langkahmu.
Selamat ulang tahun
yah, dek.
Roni Cool
22 Februari 2014
Tidak ada komentar:
Posting Komentar