Menulis
itu susah-susah gampang. Tuh lihat, urutannya, “susah” trus “ susah” lagi, baru
kemudian “gampang”. Gampangnya, tutup jendela word nya. Lalu buka FB. Selanjutnya
online gak jelas.
Begitu
tuh yang aku alami tadi. Bayangin coba, mulai dari jam 5 sore tadi, sampai
tulisan ini dibuat jam 6, belum ada satu pun karya yang berhasil aku buat. Ide sih
banyak. Tetapi ketika sudah ditulis, macet di tengah jalan, alias blank.
Awalnya tadi aku mau
menulis lanjutan cerita “Diary Desy”, dua tiga paragraf, dibaca lagi, di edit,
dibaca lagi, di edit lagi, sampai akhirnya dihapus semua gara-gara kebanyakan
diedit. Dan sudah lupa lanjutan ceritanya.
Saat tengah berhenti,
terpikir untuk melanjutkan tulisan “AKU dan SEPAK BOLA”. Pas sudah satu
paragraf. Dibaca lagi, dihapus lagi. Lama kelamaan dihapus semuanya. Karena sudah
kehabisan mood. Sudah deh, gak jadi semua tulisannya.
Nah, akhirnya aku
tancepin modemku, mau online buka FB. Eh, malah modemku ikutan lemot, lengkap
dah. Sambil nunggu loading yang gak selesai-selesai. Iseng-iseng aku nulis ini.
Lha koq lancar, sekarang saja sudah berapa paragraf coba, lima. Kereen kan.
Ternyata menulis itu memang
susah-susah gampang, apalagi menulis cerita. Dalam menulis cerita, paling mudah
itu menulis cerita berdasarkan pengalaman hidup kita sendiri karena kita telah
mengalaminya langsung.
Niken lestari, penulis
yang pernah memberikan bukunya padaku bilang. “Cerita hidup itu jangan dibawa
mati, tetapi menulis cerita, kadang susah setengah mati” . Jadi teruslah
menulis.
Ada yang tanya, kenapa
aku menulis?. Jawabnya, entah, aku sendiri tak tau. Mau jadi penulis?. gak tau
juga. Hobi?, gak juga. Lha trus?, ya pengen nulis aja.
Aku pikir, aku sudah
lulus kuliah. Dan sudah tidak direpotkan lagi dengan tugas-tugas kampus. Apalagi
aku belum mengajar. Jika ketika aku lulus kuliah, mandeg dengan tidak melakukan
aktifitas rutin yang pernah dikerjakan selama kuliah, misalnya menulis, aku
khawatir, lama kelamaan kuliahku itu hanya menyisakan selembar kertas yang
bertuliskan kata ijazah doank, sedangkan kemampuanku sudah menurun. Manajerku di
Mcd bilang, “kalau begitu, gak ada bedanya kamu yang lulusan sarjana dengan
anak yang lulusan SMA”. Bener juga kan katanya?.
Trus kenapa aku pakai
media Facebook untuk mempublikasikan tulisanku?. Satu, karena jejaring sosial
yang aku punya dan aku sukai itu Facebook. Dua, hanya facebook yang mau
menerima status sepanjang dua halaman ini. hehe. Ketiga, teman-temanku banyak
yang Online di Facebook. Keempat, (silahkan tambahin sendiri).
Jadi, Terimakasih aku
ucapkan buat teman-teman yang sudah mau meluangkan waktunya membaca tumpukan
tulisan ini. Terimakasih yang sudah mau ngelike tulisan ini. dan terimakasih
yang sudah mau kasih komentar dalam tulisan ini. Kekritisan kalianlah yang
sebenarnya aku harapkan, dan aku mohon Maaf jika tulisanku ini “ngebek-ngebeki”
beranda kalian.
Tuh kan, begitu tuh
kalau nulis, judulnya apa, isinya lari kemana. Mengandung gak nyambung. Sudah ah.
Salam respect aja.
Roni Cool
25 Februari 2014
Roni Cool
25 Februari 2014
Tidak ada komentar:
Posting Komentar