Sabtu, 22 Februari 2014

KEMANA LARINYA SUMBANGANG DI ALFAMART?



            Kalau kemarin kita pernah membahas tentang Indomaret dan Alfamart. Kini, ada sedikit tambahan yang aku dapatkan dari pengalamanku berbelanja di Alfamart baru-baru ini. Yaitu, Kemana larinya sumbangan di Alfamart itu?

            Kalau kalian pernah berbelanja di alfamart dan dari hasil belanja itu ada kembalian sebesar 100-500 rupiah, maka kalian akan diminta apakah kembalian itu mau disumbangkan atau tidak. Jika kalian bersedia, maka kembalian itu tidak akan diberikan oleh kasir, tapi jika kalian tidak mau, maka kembalian itu akan dikembalikan.

            Permasalahannya adalah, ketika kita bersedia untuk memberikan kembalian itu sebagai sumbangan, apakah kita pernah mendapatkan tanda bukti bahwa kembalian itu dimasukkan ke dalam “kotak sumbangan”. Secara yang aku alami dan aku lihat di dalam struk belanja, tidak ada keterangan semacam itu. Yang ada hanya harga barang, jumlah yang kita bayarkan dan total kembalian. Tidak ada keterangan jumlah sumbangan dan untuk menyumbang apa. Benar tidak?. 

Atau pernahkah kalian mendapatkan ucapan terimakasih semacam, “terimakasih bapak/ibu, telah menyumbang untuk...bla bla bla”. Kalau aku, tidak pernah.

            Nah, dari situ aku sempat berfikir, kemana ya larinya “sumbanganku” itu?. Kalau dibandingkan dengan di McDonald’s, (saya tidak sedang melebihkan McD). Disana, jika ada pelanggan yang tidak mau menerima uang kembalian, maka kasir menyarankan pelanggan itu untuk memasukkan uang kembalian ke dalam kotak sumbangan YRMHC ( Yayasan Donasi McD untuk perkembangan anak). Kasir, dilarang memasukkannya ke dalam mesin kasir apalagi mengambilnya untuk kepentingan pribadi, ada sanksi tegas jika hal itu dilakukan.

            Di alfamart, ketika kita menyisakan kembalian sebesar 100-500 rupiah, maka kita akan ditanyakan, “kembaliannya mau disumbangkan bapak?” (itu yang simpel), atau “kembaliannya mau disumbangkan ke anak yatim bapak?”. Jika kita bersedia, maka kita akan mendapatkan ucapan terimakasih. Tanpa ada tanda bukti.

            Entah memang begitu atau si kasir sudah memencet menu “sumbangan”, entah aku tidak tau. Tapi yang jelas, hal ini menjadi pikiran dalam diriku, mengingat jumlah kembalian itu yang bisa menjadi besar. Tak masalah jika hanya kita saja yang bersedia, tapi jika setiap orang disarankan seperti itu, maka lama kelamaan ini akan menjadi besar juga. 

            Misalnya, secara hitung-hitungan kasar saja, jika kembaliannya 200 rupiah, kalikan dengan jumlah pelanggan yang datang dan bersedia menyumbang. Misalkan sehari 100 orang, maka akan didapatkan uang sebesar Rp.20.000. Itu kalau satu hari, bayangkan jika satu bulan. Maka akan didapat jumlah sebesar Rp.600.000. FANTASTIS BUKAN!. (aku aja kaget ketika nulis ini hehe ).

            Belum lagi jika ada pelanggan yang tidak mau menerima uang receh dalam jumlah yang lebih besar. Akan menjadi jumlah yang lebih besar pula.

            Sebenarnya tidak masalah jika uang sebesar itu akan benar-benar disumbangkan kepada yang sedang membutuhkan. Tetapi akan jadi masalah jika uang itu digunakan untuk kepentingan pribadi. Secara yang aku dengar, ketika di Alfamart sedang dilakukan inventory (penghitungan jumlah barang masuk dan barang keluar), jika terjadi kekurangan atau minus, maka itu akan ditanggung oleh pihak karyawan, bukan dari pihak perusahaan. Naah, dari sini aku sempat berpikir, jangan-jangan uang kembalian itu tidak dimasukkan ke dalam “kotak sumbangan” dan dianggap sebagai “uang kelebihan” yang nantinya dipakai untuk menutupi kekurangan tersebut. Kan eman. Bener gak?.

            Atau memang, kata “disumbangkan” itu adalah untuk menyumbang apabila ada kekurangan dari hasil inventory tersebut. Entahlah. 

Jadi intinya, bagi teman-teman yang berbelanja ke Alfamart, jika nanti kalian ditanya, “kembaliannya mau disumbangkan bapak/ibu?”, tolong kalian tanyakan, kemana uang kembalian itu akan dimasukkan dan untuk apa, serta bukti bahwa uang itu benar-benar disumbangkan. Agar semuanya menjadi jelas.

Salam Respect,
Roni Cool
(22 Februari 2014)
           

Tidak ada komentar:

Posting Komentar